Sejarah Geotextile Non Woven, Pengertian, Fungsi dan Perkembangannya di Dunia

sejarah geotextile non woven

Tidak banyak yang tahu bahwa material sintetis layaknya bahan pakaian ini ternyata banyak digunakan untuk kepentingan teknik sipil. Istilahnya adalah geotekstil (geotextile) dan hal ini telah lama dipraktikkan di dunia. Pada awalnya geotekstil dibuat dengan teknik anyaman atau yang dikenal dengan woven. 

Namun, dengan perkembangan zaman dan teknologi diciptakanlah teknik non woven yang memiliki kelebihan tertentu. Perkembangan ini kemudian dikenal dengan sejarah geotextile non woven.

Istilah geotextile mungkin tidak asing bagi anak teknik terutama teknik sipil. Namun, hal ini berbeda dengan masyarakat awam yang tidak tahu menahu bagaimana proses pembangunan infrastruktur secara rinci dan mengapa geotekstil ini dibutuhkan.

Oleh karena itu, dengan mengetahui segala sesuatu dengan geotekstil ini baik itu pengertian, fungsi, kelebihan, sejarah dan perkembangannya Anda menjadi memahami betapa penting geotekstil ini. Selain itu, hal ini bisa menjadi peluang bisnis bagi beberapa orang karena sampai kapanpun tekstil jenis ini akan tetap dipakai. 

Penggunaan tekstil cukup beragam dan dapat digunakan untuk kebutuhan teknik. Tekstil jenis ini dikenal dengan istilah geotextile

Pengertian Geotextile

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya geotextile merupakan lembaran sintesis yang tipis, fleksibel, kuat serta berpori dan biasa dipakai kepentingan pekerjaan teknik sipil seperti perbaikan tanah dan stabilisasi.

Geotekstil bukanlah hal baru dan telah lama diterapkan di berbagai belahan dunia. Bentuknya juga tidak selamanya dalam bentuk lembaran karena ada pula dibuat dalam bentuk karung (dan ini yang biasa diketahui masyarakat luas).

Jika dilihat dari kegunaannya maka geotekstil dipakai untuk memperkuat permukaan tanah yang lunak seperti di daerah Pula Kalimantan dan Sumatera yang memiliki banyak lahan gambut ataupun daerah pantai untuk mencegah dan mengurangi pengaruh abrasi. Geotekstil ini harus memiliki kemampuan untuk memisahkan, menyaring, memperkuat, melindungi, atau mengeringkan lahan tersebut.

Salah satu contoh pemakaian geotekstil (terutama woven) dalam bentuk karung adalah untuk melindungi rumah bersejarah Kliffende di pulau Sylt terhadap badai. Karena rumah ini terletak di daerah pantai sehingga rawan rusak.

Geotextile ini memiliki tiga bentuk dasar, yaitu:

1. Woven

Sesuai namanya dimana geotekstil jenis ini dibuat dengan teknik menenun atau anyaman seperti yang biasa dilihat pada karung umumnya. Dahulu teknik ini dilakukan secara manual namun sekarang terdapat mesin yang bisa menenun dengan cepat sehingga produksi tekstil ini menjadi lebih efektif dan efisien.

2. Needle Punch atau Flanel

Teknik ini termasuk ke dalam non woven atau tanpa anyaman. Sesuai dengan namanya, jenis geotekstil ini memakai proses penjaruman dimana serat tekstil yang ada diletakkan pada mesin yang memiliki jarum-jarum khusus.

Serat ini diletakkan di antara plat yang berfungsi sebagai penanam dan pengupas sehingga jarum dapat menembus serat kain dan mengaturnya kembali. Pengaturan ini membuat serta kain saling terikat secara mekanik dan hasil akhirnya adalah geotekstil dengan kepadatan yang tinggi. Cara ini tentu lebih efisien dan mudah daripada teknik woven selain itu, alat yang ada lebih sederhana sehingga lebih hemat.

Baca juga: Sejarah Teknologi Informasi dan Komunikasi 

3. Ironed Flanel

Ironed flanel ini juga bagian dari geotextile non woven dimana proses pembuatannya dengan penguapan dan pemanasan. Perbedaannya adalah hasil akhirnya lebih tipis dari teknik needle punch karena geotekstil satu ini memiliki kesamaan dengan flanel yang telah disetrika sehingga lebih kuat dan tipis.

4. Span Bonded Process

Geotekstil jenis ini dibuat dengan mesin yang menggabungkan antar serta dengan teknik ikat pintal. 

5. Resin Bounding

Sesuai dengan namanya, geotekstil in dibuat dengan bantuan benang perekat (adhesive) sehingga antar serat akan menempel dengan kuat. Namun, cara ini memakai bahan kimia tertentu sebagai perekatnya jadi tidak semua geotekstil jenis ini baik digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Karena belum tentu ramah lingkungan dan tidak menimbulkan iritasi ketika bersentuhan dengan kulit manusia.

Fungsi Geotextile Non Woven

geotextile fabric
Geotextile baik itu woven dan non woven memiliki fungsi yang sama untuk pekerjaan teknik sipil. Namun, penggunaannya berbeda-beda bergantung kepada jenis tanah yang ada. Keberadaan geotekstil ini sangatlah bermanfaat bagi umat manusia karena pengerjaan infrastruktur atau bangunan menjadi lebih baik. 

Secara umum sejarah geotextile non woven ataupun woven menggunakan bahan dasar yang sama yaitu polypropelene, poliester, polyethilene dan polyamide. Hanya saja kadar polimer yang digunakan berbeda-beda bergantung kepada jenis geotekstilnya.

Walaupun demikian, geotekstik jenis ini memiliki tiga fungsi utama, yaitu:

Penyaring/ Filter

Fungsi pertama pada geotextile non woven adalah menjadi penyaring pada lapisan tanah. Perlu diketahui bahwa air akan mengalir dari permukaan dan merembes ke dalam tanah. Proses ini biasa terjadi ketika turun hujan, banjir dan lainnya.

Air yang mengalir ini biasanya membawa partikel-partikel tanah sehingga lapisan tanah berangsur-angsur akan turun. Teruma untuk tanah keras yang menjadi penopang awal utama ketika melakukan pembangunan.

Untuk mencegah terbawanya partikel tanah tersebut, maka digunakan geotekstil ini. Bahan dari tekstil dibuat sedemikian rupa sehingga air yang membawa partikel tanah tetap dapat melaluinya, namun partikel tanah tersebut akan tertahan. Fungsi geotekstil seperti ini biasanya diterapkan untuk saluran air bawah tanah (drainase). Jika tidak memakai geotekstil maka pembangunan drainase menjadi terhambat dan perkiraan waktu drainase tersebut akan rusak menjadi semakin cepat.

Baca juga: Sejarah Web Browser

Pemisah/ Separator

Fungsi lain dari tekstil ini adalah sebagai separator atau pemisah. Tekstil ini biasa dipakai agar material satu dengan lainnya tidak tercampur satu sama lain. Selain itu, geotekstil dipakai untuk membuat susunan material sehingga lebih rapi dan fungsi pembangunannya menjadi lebih maksimal.

Contoh pemakaian separator ini biasa dilakukan pada pembangunan jalan raya di atas tanah yang berlumpur atau basah. Tanah jenis ini banyak ditemukan di Pulau Sumatera dan Kalimantan karena lahan gambut mudah ditemukan di tempat ini.

Penggunaan geotextile non woven ini biasa diletakkan sebelum dilakukan pengaspalan (pengerasan jalan). Fungsi tekstil ini adalah mencegah naiknya lumpur ke bagian pengerasan (aspal) sehingga mengurangi dorongan dari bawah. Akibatnya kerusakan pada aspal jalan dapat diminimalisir dengan baik. Selain itu, dengan memakai alat ini maka proses pengerasan jalan menjadi lebih singkat sehingga pekerjaan berjalan dengan efisien.

Stabilisator

Fungsi lain dari geotextile non woven adalah menjadi penjaga kestabilan area yang dipasang. Karena, sifat geotekstil ini cukup kuat sehingga bisa dipakai untuk mempertahankan bentuk area tanah tertentu. Namun, hal ini masih menjadi perdebatan panjang para pakar teknik sipil. Karena, geotekstil ini memiliki sifat mulur atau elastis terutama ketika terkena air (proses hidrolisis sering terjadi). Akibatnya, kekuatan geotekstil ini menjadi berkurang sehingga lambat laun tidak bisa dipakai sebagai stabilisator.

Permasalahannya adalah, geotekstil untuk fungsi ini biasa dipakai di area lereng yang curam. Untuk pemasangan awal sampai beberapa tahun tentu tidak masalah. Namun, untuk pemakaian jangka panjang tanpa adanya perawatan maka pemakaian geotekstil harus dikaji lebih lanjut.

Membantu Pembangunan

Fungsi lain dari geotextile ini adalah membantu pembangunan terutama pembangunan gedung. Karena, geotextile bisa dipakai sebagai pengganti dari karung goni untuk proses sistem suring beton. Pemakaian tekstil ini akan menghindari terjadinya keretakan ketika dilakukan pengeringan pada beton baru. Jadi, kualitas bangunan serta daya tahannya akan menjadi lebih baik. 

Sejarah Geotextile Non Woven

sejarah geotextile non woven
Jika ingin membahas sejarah geotextile non woven, maka Anda harus mengulas bagaimana sejarah tekstil ini sendiri. Menurut sejarahnya, tektil pertama kali tercatat pada abab 6-7 SM, dimana bahan yang dipakai merupakan kain rami dan wol oleh penduduk di Danau Swiss. Namun, tekstil ini dibuat dengan teknik anyaman (woven) sehingga teknik ini merupakan yang tertua pada dunia tekstil itu sendiri.

Kemudian, mulailah dikenal kain sutra yang banyak dipasarkan di India dan Cina. Sumber kain atau tekstil ini sendiri berasal dari Cina sekitar abad 2640 SM. Kerajaan Mesir kuno juga memiliki teknik woven dengan memintal linen serta katun pada tahun 3400 SM. Pada masa itu, alat-alat yang digunakan sangatlah sederhana namun memiliku kualitas yang tinggi sehingga tekstilnya memiliki kualitas yang sangat baik.

Penggunaan alat pintal atau tenun tradisional juga banyak ditemukan di Indonesia. Contohnya saja pembuatan Ulos Batak asli yang masih memakai alat tenun serta sarung Samarinda yang memakai alat tentu tradisional. Tentu saja penggunaan alat ini memiliki kekurangan seperti produksi terbatas dan memakan waktu. Namun, memakai alat ini menjamin kualitas kain selalu “excellent”.

Selanjutnya, perkembangan tekstil menjadi semakin pesat ketika ditemukannya mesin uap pada abad ke 18. Pada masa itu, dikenallah istilah revolusi industri dimana berbagai pabrik mulai dibangun sehingga tenaga kerja yang ada diserap dengan baik. Namun, revolusi industri ini terjadi pertama kali di Eropa sehingga benua inilah yang merasakan dampak baiknya terlebih dahulu.

Baca juga: Sejarah Judi Indonesia: Pelegalan Perjudian Di Masa Lalu

Perkembangan pada sisi industri ternyata berpengaruh besar terhadap tekstil. Karena, produksi tekstil meningkat pesat. Hal ini diketahui dari meningkatnya jumlah pabrik penyamakan kulit hewan, pabrik pembuatan benang, linen, katun dan lainnya. Selain itu, mulailah dikenalkan teknologi industri yang tujuannya adalah meningkatkan produksi dalam jumlah besar dan mengurangi penggunaan tenaga manusia sehingga operasional industri menjadi lebih hemat namun menghasilkan lebih banyak.

Akan tetapi, mesin yang ada masih memakai teknik woven (tenun) sehingga jumlah produksi tidak begitu banyak terlebih kinerja mesin dibuat menjadi kompleks. Namun, sekitar tahun 1942 dikenallah istilah “non woven” atau tanpa tenun dan anyaman. Tekstil jenis ini umunya dibuat dengan teknik penguapan dan pemanasan. Selain itu, ada teknik penggabungan antara dua jenis benang dengan adhesive sehingga hasilnya menjadi lebih bagus.

Geotekstil dan Perkembangannya

non woven

Sejarah geotextile non woven juga sama mengikuti perkembangan tekstil. Dimana, tahap awalnya memakai teknik woven terlebih dahulu. Istilah geotekstil pertama kali diperkenalkan pada tahun 1958. Geotekstil ini terbuat dari polypropylene yang memiliki struktur planar yang dihasilkan dari dua atau lebih elemen, serat ataupun filamen. Pemakaian geotekstil pertama kali dilakukan pada proyek struktur pengairan di Florida.

Kurang lebih pada tahun 1968 diperkenalkan geotextile non woven yang dikembangkan oleh perusahaan Rhone Pulence yang berada di Paris. Geotekstil ini memiliki ketebalan dan terbuat dari bahan yang sama dengan geotextile woven. Hanya saja, hasil tekstilnya tidak terbuat dari anyaman. Produk non woven ini kemudian dipakai pertama kali pada tahun 1970-an untuk keperluan pembangunan DAM di Perancis.

Geotextile non woven ini memiliki banyak fungsi. Kebanyakan bentuk tekstil ini dibuat dalam bentuk karung. Nah, karung ini biasanya dipakai untuk:

  • Menstabilkan tanah dan menopang jalan raya
  • Menstabilkan pondasi agar bangunan ataupun jalan yang dibangun di atasnya menjadi lebih kokoh
  • Mengendalikan erosi
  • Membantu dalam konstruksi kanal
  • Membantu dalam pembangunan sistem drainase
  • Melindungi geomembran serta beku (pada negara dengan 4 musim)
  • Bisa dijadikan sebagai dinding pelindung pada kanal air ataupun kolam dan waduk sehingga erosi oleh air menjadi berkurang drastis
  • Mengisi lahan yang kosong

Secara umum, geotekstil tanpa anyaman ini memiliki daya tahan yang baik jika dibandingkan dengan yang terbuat dengan teknik anyaman. Oleh karena itu, geotekstil non woven ini biasa digunakan dalam proyek besar pencegahan erosi di berbagai negara. Menurut perkiraan ahli hanya 10 karung yang rusak dari 48000 karung yang dipasang. Hal ini menunjukkan bahwa pemakaian geotekstil sangat bermanfaat dan penting untuk banyak kepenting. Akan tetapi, biaya pemasangan geotekstil ini cukup besar sehingga perlu perhitungan yang matang dalam pemakaiannya.

Akan tetapi, penggunaan geotekstil saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat. Karena, geotextile non woven digunakan untuk berbagai kebutuhan sehari-hari, seperti:

  • Popok, tentu dengan menggabungkan bahan lainnya sehingga lebih higienis dan mudah dipakai
  • Bahan tambahan pada karpet
  • Bahan gabungan untuk kebutuhan maritim dan lainnya
  • Stabilizer pada mesin jahit
  • Menjadi bahan pembungkus dimana sistem porosity digunakan
  • Kantung atau tas belanja yang kuat dan ringan
  • Penggunaan alat musik, komponen kendaraan bahkan pemasangan panel dinding
  • Bantal, matras dan lainnya
  • Pelapis rumah yang tahan akan cuaca
  • Bahan utama dalam pembuatan pot tanaman
  • dll

Keberadaan geotextile ini sangat membantu kehidupan sehari-hari manusia. Karena, saat ini geotextile mudah ditemukan di pasaran serta penggunaannya sangatlah mudah.

Penggunaan Geotextile Non Woven Pada Umumnya

Geotextile non woven ini telah banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari. Namun, pemakaian tekstil ini dalam ukuran besar biasanya berlaku pada lima penggunaan di bawah ini, yaitu:

Jalur Kereta Api

Biasanya geotekstil yang ada pada jalur kereta api berbentuk karung. Fungsi dari tekstil ini adalah sebagai pemisah antara tanah dasar dengan lapisan pecahan batu di atasnya. Jadi, batu-batu ini memiliki tingkat ketebalan yang terjaga dengan baik sehingga jalur kereta menjadi kuat.

Memelihara Beton

Pada proses pembangunan biasa dikenal dengan istilah pengecoran. Nah, pada proses ini para pekerja akan memakai karung goni untuk mencegah hilangnya air pada beton saat proses pengerasan. Hal ini akan menyebabkan beton mudah retak dan lainnya. Ketika memakai geotekstil maka hal ini dapat dicegah sehingga mutu dan kualitas beton terjaga dengan baik selain itu perencanaan menjadi lebih terukur dengan memakai geotekstil tersebut.

Pantai

Penggunaan geotextile non woven di pantai cukup sederhana. Karena tujuannya adalah mengurangi abrasi akibat arus serta ombak yang menerjang daerah pantai. Jadi, geotekstil pada pantai memiliki dua fungsi yaitu sebagai separator dan penyaring. 

Lahan

Geotekstil untuk lahan biasa dipakai pada daerah lereng atau timbunan dengan tujuan reklamasi lahan. Karena dengan bantuan geotextile maka proses penimbunan menjadi lebih cepat dan hemat selain itu, material timbunan tidak akan tercampur dengan material lainnya sehingga timbunan menjadi lebih kokoh.

Konstruksi Jalan

Secara umum, pemakaian tekstil ini sebagai separator dan filter agar
tanah terjaga kualitasnya. Jadi, aspal yang berada di atas tidak
tercampur dengan tanah lunak atau lumpur yang berada di bawahnya. Hal
ini akan meningkatkan kualitas aspal dan memperpanjang masa pemakaian.

Nah, itulah sejarah geotextile non woven beserta pengertian, fungsi dan perkembangannya di dunia saat ini. Geotekstil ini sangat berguna bagi manusia. Karena, tidak hanya dapat digunakan untuk kebutuhan teknik sipil tetapi juga berbagai kebutuhan dasar lainnya bagi manusia.